--> Skip to main content

Ternyata Begini Aneka Macam Mitos Asal Mula Gempa Bumi

Gempa Bumi yang baru baru ini terjadi Medan dan Deli Serdang menyisakan banyak cerita orang orang yang saya temui. Kebanyakan mereka bercerita tentang ketakutan dan kehebohan yang dialaminya saat gempa terjadi. Namun sedikit yang bercerita tentang hikmah apa yang didapatkan dari gempa tersebut.

Pada posting kali ini saya tidak berbagi tentang apa yang saya alami saat gempa terjadi, namun dari peristiwa tersebut ternyata gempa sudah bersahabat dengan manusia sejak jaman dahulu kala. Bukti tersebut dikuatkan dengan berbagai macam legenda dan mitos tentang gempa bumi dari segala penjuru di muka bumi ini.

Berikut ini adalah sebagian mitos, legenda, cerita atau dongeng asal usul terjadinya gempa bumi dari berbagai negara dan daerah di Indonesia yang saya himpun dari berbagai sumber :

JEPANG


Bagi orang Jepang, gempa terjadi akibat gerakan kuat dari Namazu, atau yang dikenal sebagai lele raksasa.
Lele raksasa itu disegel oleh Kashima (dewa perang) di lapisan lumpur di bawah permukaan tanah, tepatnya disebuah batu. Apabila segel Kashima melemah, Namazu akan berontak dan mengakibatkan gempa dahsyat.

SELANDIA BARU


Berdasarkan mitologi dari suku asli Selandia Baru, Maori, Bumi ini bernama Papatuanuku. Papatuanuku sendiri dikatakan sedang mengandung seorang dewa bernama 'Ru'.
Gempa akan terjadi saat bayi dewa Ruaumoko dalam kandungan Papatuanuku bergerak, seperti menendang-nendang.

SKANDINAVIA


Ternyata, kisah jahat Loki tidak hanya ada di film The Avenger saja. Bagi bangsa Skandinavia yang memiliki legenda dewa Norse, gempa Bumi kerap mengguncang saat Loki membuat keonaran. Dikatan jika Loki membunuh Balder, dewa kecantikan dan cahaya. Sebagai hukuman, Loki dikurung dalam sebuah gua dengan seekor ular beracun di atas kepalanya yang terus meneteskan racun.
Saat racun itu menetes di wajah Loki, dewa itu akan berontak dan menggetarkan Bumi.

RUSIA

Menurut legenda bangsa Rusia, Bumi ini terbaring di atas dewa anjing bernama Tuli. Dan sama seperti anjing lainnya, Tuli juga mempunyai kutu. Ketika Tuli merasa gatal dan menggaruk kutu yang ada di tubuhnya itulah, Bumi akan bergetar.

INDIA

Orang India kuno percaya bila bumi diseimbangkan oleh beberapa hewan. Hewan-hewan itu adalah babi hutan dengan gadingnya, ular dengan tujuh kepala, sapi dengan tanduknya, dan 8 ekor gajah yang berdiri di atas tempurung kura-kura. Nah, gempa akan terjadi apabila satu atau lebih hewan tadi berganti posisi.

RUMANIA

Di legenda bangsa Rumania, bumi bersandar di atas beberapa pilar yang terbangun dari harapan, kepercayaan, dan amal manusia. Saat ketiga amalan baik manusia itu semakin berkurang, secara otomatis pilar-pilar itu akan semakin lemah. Nah, apa bila ada pilar yang retak atau patah, terjadilah goncangan yang menyebabkan gempa di bumi.

YUNANI


Tidak banyak yang tau, selain menjadi dewa lautan, Poseidon adalah dewa Yunani dari gempa Bumi.
Menariknya, Poseidon akan membuat gempa saat suasana hatinya sedang tidak baik alias bad mood. Adik dewa Zeus itu lantas akan menghantamkan pusakanya, trisula, ke tanah dan timbulah gemba Bumi dan tsunami yang dahsyat.

MOZAMBIK


Tidak kalah unik dari legenda-legenda sebelumnya, orang Mozambik mempunyai kepercayaan bila Bumi ini sama seperti manusia, sama makhluk hidupnya. Oleh sebab itu, Bumi pun bisa sakit.
Gempa bumi sendiri siap mengguncang manakala Bumi demam. Saat dia merasa riang dan gemetar, Bumi pun bergoncang.

MINAHASA


Ada mitos menarik tentang Gunung Lokon ini. Mitos ini dikisahkan turun temurun oleh warga sekitar gunung, yakni tentang kehidupan Mangkawalang dan babi piaraannya yang hidup di dalam gunung. Tapi ada yang bilang itu hanya dongeng semata.

Begini kisah Mangkawalang ini, seperti ditulis Aneke Sumarauw Pangkerego dalam bukunya: Cerita Rakyat dari Minahasa. Konon Gunung Lokon ini dihuni oleh orang bernama Mangkawalang. Dia hidup berbahagia di gunung itu karena aman dan sejahtera tanpa gangguan.

Namun pada suatu hari dia disuruh pindah oleh seseorang yang merasa berhak tinggal di situ, yakni Pinontoan dan istrinya bernama Ambilingan. Dengan hati masygul Mangkawalang memutuskan pindah karena tidak mungkin berdebat dan perang melawan Pinontoan dan Ambilingan itu.

Di tengah hati yang sedih, Mangkawalang berjalan turun gunung menerobos pohon-pohon hutan besar. Dia berjalan lurus, sampai akhirnya tiba di bawah gunung dan melihat ada gua besar. Dia lalu masuk ke dalam gua yang teramat dalam itu. Awalnya dia bingung akan berbuat apa di dalam gua itu, hingga akhirnya Mangkawalang memutuskan mendirikan rumah di dalam perut gunung.

Mangkawalang menancapkan tiang penyangga bumi agar tanah tidak menindihnya. Bahkan karena bahagia tidak ada yang mengusik lagi, dia akhirnya memelihara babi-babi hutan di dalam gua. Sayangnya, ketika babi-babi itu menggosok-gosokkan badannya ke tiang itu, terjadilah gempa di Gunung Lokon.

Jika babi hutan kecil yang menggosok badannya, maka yang terjadi hanya gempa bumi kecil. Tapi bila babi hutan besar--disebut Kantong--menggosokkan badan, maka akan menimbulkan gempa besar. Itu berarti si Kantong tidak hanya menggosokkan badan, tapi juga mengorek-ngorek tanah. Akibatnya, gempa besar melanda hingga menyebabkan longsor.

Nah, untuk meredakan gempa itu biasanya warga sekitar gunung akan membunyikan tong-tong, buluh, atau apa saja. Mereka juga harus berseru, "Wangko, tambah hebat lagi!" Maksudnya untuk menyindir babi-babi hutan Mangkawalang supaya berhenti menggosok.


NIAS


Menurut kepercayaan penduduk di Kepulauan Nias gempa bumi diakibatkan oleh kemarahan dari dewa-dewa yang menguasai dunia bawah tanah. Kemurkaan yang pada akhirnya membuat bumi berguncang ini konon dikarenakan penduduk setempat banyak yang melanggar aturan dan norma-norma.
Tradisi lisan yang berbentuk hoho atau syair ini menceritakan tentang seorang putra Sirao yang tugasnya menopang Pulau Nias bernama Bauwadanohia atau Simayamayarao atau disebut juga dengan Lature Dano. Diceritakan bahwa agar Pulau Nias ini tak tercerai berai dan tetap stabil maka Sirao menugaskan anaknya yang bernama Bauwadanohia ini untuk menopang tanah Kepulauan Nias. Dan dalam melaksanakan tugasnya yang maha berat, untuk membuat Pulau Nias lebih kokoh lagi, sang Sirao pun kemudian menugaskan anaknya yang lain yakni Lasorogae Sitolu Daha atau Lasorogae Sidua Demo. Oleh kedua dewa inilah Kepulauan Nias ditopang hingga menjadi kokoh dan stabil.
Tapi, adakalanya kedua dewa ini pun murka dan mengguncang-guncangkan bumi hingga menyebabkan gempa bumi atau dalam masyarakat Nias disebut duru dano bila ulah manusia yang mendiami Pulau ini sudah bertingkah keterlaluan dan tak lagi mengindahkan aturan-aturan (Fondrako/Famato Harimao). Maka dari itu bila terjadi gempa bumi, penduduk di Kepulauan Nias pun berseru : “Biha Tua! Biha Tua! Biha Tua!” Yang kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti, “Sudah kek! Sudah kek! Sudah kek!” untuk meredam kemurkaan kedua dewa ini.

SUNDA


Gempa bumi atau dalam bahasa sunda disebut lini atau lindu diyakini oleh masyarakat suku Sunda disebabkan oleh sebuah batu yang ada di sebuah gunung. Konon batu ini bisa bergerak dan gerakannya itulah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Tapi meskipun begitu batu ini tidak akan bergerak sembarangan bilamana di muka bumi ini masih terdapat manusia mengingat ia sendiri tahu bahwa efek dari pergerakannya bisa membuat bencana bagi manusia yang mendiami bumi.
Namun, pada saat tertentu setan yang menyamar menjadi semut hitam mendatangi batu itu untuk melaporkan bahwa di bumi sudah tidak ada manusia lagi dan jika sang batu merasa capek karena terus-menerus berdiam diri maka dipersilahkan untuk bergerak atau menggeliat untuk sekedar melemaskan otot-otot yang kaku. Karena laporan dari semut hitam itulah maka sang batu pun akhirnya bergerak dan dengan begitu terjadilah gempa bumi atau lini tadi.
Manusia yang mendiami bumi pun kaget karena gempa bumi itu, dan mereka tahu ini semua pasti akibat dari laporan palsu dan hasutan dari setan yang menyamar menjadi semut hitam bahwa bumi sudah tak lagi di diami manusia. Maka, dengan panik manusia-manusia itu kemudian berteriak-teriak untuk memberitahu bahwa bumi ini masih dihuni oleh manusia dengan harapan sang batu yang berada di atas gunung itu mendengar dan kemudian menghentikan gerakannya.

BALI


Dahulu ketika jama kerajaan, ada seorang janda beranak dua, laki-laki dan perempuan. Pada waktu itu Danau Bratan belum ada. Singkat cerita, sang ibu mempunyai hubungan dengan siluman ular besar, atau ular Naga yang berdiam di dalam lubung padi di dekat rumahnya. Lama kelamaan sang anak mulai menaruh curiga, kenapa ibunya setiap pulang dari hutan selalu naik ke lumbung.
Pada suatu saat, ketika ibunya pergi ke hutan, dia naik ke lumbung. Di dalam lumbung dilihatnya ada tumpukan telur yang ukurannya lebih besar dari telur ayam. Di tengah tumpukan telur tersebut terdapat sebuah telur aneh. Telur tersebur diambil dan dimasak lalu dimakan oleh anaknya yang laki.


Seketika wujud kakaknya berubah menjadi ular. Karena kuatir akan menimbulkan keributan di dalam kampung, mereka pergi ke hutan mencari ibu mereka. Lalu oleh sang adik, kakaknya tersebut digendong lari ke dalam hutan. Di dalam hutan mereka bertemu dengan ibu mereka yang sedang menjalin kasih dengan seekor ular naga. Lalu marahlah mereka, karena menganggap gara-gara Naga tersebut, si kakak menjadi seperti itu. Ditantangnya ular naga tersebut berkelahi. Akhirnya sang kakak yang telah berubah wujud menjadi ular berhasil mengalahkan ular naga tersebut. Namun sayang ibu mereka pun turut meninggal dalam perkelahian itu.
Kemudian mereka berjalan sampai ke arah Bukit Lesung*. Sesampainya disana, sang kakak berpikiran dia harus masuk ke perut bumi, sebab dia telah menjadi Naga, yaitu Naga Gombang. Supaya adiknya tidak kaget, dia lalu menyuruh adiknya mengambil air dengan keranjang. Tujuannya agar ketika dia masuk ke perut bumi, adiknya tidak melihat dan kaget. 

Ternyata Begini Aneka Macam Mitos Asal Mula Gempa Bumi
Ketika adiknya sibuk mengambil air dengan keranjang tersebut, sang kakak masuk ke dalam kawah gunung. Saat adiknya kembali dari mengambil air, sang kakak telah berada di perut bumi. Sang kakak berkata, jangan kau tangisi, kakakmu memang sudah takdirnya berada di dibawah (perut bumi). Sesampainya dibawah, sang kakak yang telah menjadi ular Naga tersebut melingkar, seperti posisi ular sedang tidur.
Konon katanya, kalau sang kakak gelisah ingin tau kabar adiknya di atas, dia akan bergerak, yang mengakibatkan bumi menjadi bergoyang. Karena itulah ketika terjadi gempa, masyarakat Bali akan berteriak “idup, idup” sambil membunyikan kentongan, untuk memberitahu sang kakak bahwa adiknya masih hidup di atas.

 Nah bagaimana mitos yang diyakini masyarakat di daerah Anda tentang asal mula gempa bumi ?

Silahkan bercerita di kolom komentar.

Diambil dari berbagi sumber
Kolom Komentar: Komentar Anda akan ditampilkan setelah disetujui Admin.
Buka Komentar
Tutup Komentar